Senin, 21 Februari 2011

Copy Paste, Pantaskah?



Buku-buku ini, siapa yang menciptakan? Siapa yang membuat?

Sejak masih di SMA, guru agamaku selalu mengajarkan tentang pentingnya kreativitas. Kreativitas itu penting. Menghasilkan kreatif itu tidak mudah. Maka hargailah setiap karya hasil kreativitas. Tentang menghargai karya, beliau selalu berpesan kepada murid-muridnya. "Jangan asal sembarangan meng-copy dan paste apa-apa yang tertulis di internet. Menjadikan tulisan itu sebagai rujukan boleh-boleh saja, asal menyertakan juga alamat websitenya." Pesan ini selalu terngiang di kepalaku saat asik menjelajahi internet.

Kalimat itu terus bergaung dengan jelas di kepalaku. Beberapa hari yang lalu, aku mengikuti seminar kepenulisan. Di seminar ini, banyak sekali tips-tips agar bisa membuat tulisan yang menarik. Apakah tulisan berupa fakta atau opini, mau menulis di Kompas atau Lampu Merah. Semuanya ada, disampaikan dengan bahasa yang asyik mengalir oleh Richard Susilo dan A. Fanar Syukri.

Ada pesan dari Richard Susilo yang sangat aku ingat. Beliau sama seperti guruku waktu SMA dulu. Hargailah kreativitas. Jangan copy paste seenaknya.

Memang ini sepertinya sepele. Tapi kalau mau dirasakan, justru hal sepele itu memiliki arti mendalam. Kapan Indonesia bisa maju kalau semua penduduknya hobi copy paste di sana sini? Tidak mau kreatif, hanya mau mencontek dan mengklaimnya sebagai hasil pemikiran sendiri?

Jujur saja hal ini membuat aku miris. Tak ada yang bisa mengubahnya tanpa keinginan dari orang itu sendiri. Sebenarnya, copy paste itu sangat merugikan pelakunya. Dengan melakukan copy paste tanpa menyertakan sumber, pelaku telah membohongi diri sendiri dan orang yang membaca hasil copy paste-nya itu. Bahkan yang lebih fatal, pelaku berarti telah mencuri kekayaan ide penulis aslinya.

Ya, sebagai seorang penulis yang masih belajar, aku hanya bisa mengingatkan diri sendiri. Terus berlatih dan hindari mencuri tulisan orang dengan copy paste. Hidup lebih bermakna bila kita mampu menghasilkan karya dengan kedua tangan kita sendiri.
Jangankan buku sebanyak itu, tulisan sederhana pun tak mungkin muncul kalau penulisnya hanya meng-copy paste tulisan orang lain. Dia pasti akan diikuti oleh bayang-bayang rasa bersalah karena pencuriannya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar