Selasa, 03 Desember 2013

E

Dulu waktu SMP, aku punya pacar. 
Teman-temannya sering memanggilnya A atau R, atau E. tapi aku sering memanggil dia H atau E. iya namanya panjang sekali memang, 3 suku kata. Sedangkan E itu nama julukan yang diberikan oleh teman-temannya, yang juga teman-temanku. 
Dia lahir di riau, pindah ke blora pas kelas 3 SD. jadi dia di kabupaten blora, aku di kabupaten pati. Kami bertemu sebulan sekali, hampir selama setengah tahun di pati atau semarang. Sebulan sekali, atau bahkan kadang dua bulan sekali. 
Kenapa aku suka dia? Entah. 
Kenapa dia suka aku? Entah 
Dia suka matematika dan fisika. Aku suka biologi, bahasa, geografi. 
Kami berkomunikasi lewat sms. Iya sms. Dulu di rumah hanya ada satu pesawat telepon yang dirombak sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk diisi kartu SIM, bukannya saluran telepon seperti kebanyakan telepon kabel pada umumnya. Lewat telepon itulah, tiap hari kami berkirim sms. Kadang pagi, kadang siang, kadang malam. Kalau sms malam-malam, mbah yayi sering menyindir aku keesokan harinya. Sambil senyum-senyum nakal mbah yayi menggoda cucunya ini. Hah aku cuma bisa nyengir. 
Sampai suatu hari akhirnya aku punya hp. Harusnya aku bisa smsan tanpa semua orang tau. Tapi tak mungkin. Dulu aku sering meninggalkan hp di kamar, sedangkan aku di dapur, di teras, di depan tv. Hingga volume hp harus disetel maksimal biar tahu kalau ada sms atau telpon masuk. Mbah yayi masih suka sindir-sindir. Hihihihi
Kalau malam, aku suka belajar di kamar. Aku bawa buku-buku biologiku di atas kasur. Sambil tengkurap di atas kasur aku baca bukunya. Kadang sampai ketiduran. Lalu terbangun kalau ada sms dari si pacar. Hihihi. Sms ngobrolin apa aja? Kebanyakan tentang materi pelajaran di sekolah. Dia suka tanya biologi, aku tanya matematika. Kami belajar!
Dia pernah telepon? Pernah dong. Sekali doang tapi. Telpon pertama dan terakhirnya itu pagi-pagi jam 5, aku masih tidur! Bangun begitu ada telepon dan berusaha ngobrol walau suara berat masih ngantuk. 
Kalau ketemu, yang sebulan sekali itu ngapain? Nggak ngapa-ngapain, cuman ngeliat aja dari jauh. Udah. Selesai. 
Mbah yayi suka menertawakan aku kalau dengar cerita kami yang hanya bisa melihat dari jauh. "Mbok dijak ngomong ka," kata mbah. Ah tapi aku terlalu malu.
Iya, begitulah dulu kami pacaran. Selama 8 bulan. 
Sampai suatu hari, dia meminta kami untuk putus. Tanpa ada pertengkaran sebelumnya. Kami baik-baik saja. Aku juga nggak ngerti kenapa dia mau putus. Tapi ya sudahlah. Kalau memang itu maunya. Oke. Mungkin dia sudah jenuh, punya pacar tapi jauh dan kalau ketemu cuma saling diam. Mungkin dia bosan dan menemukan yang lebih baik di sana. Hah. 
Akhirnya kami putus, baik-baik. Setelahnya masih sms. Masih baik-baik, tapi lama-lama dia menghilang. 
Sedih lah. Sampai ada satu guruku yang tau tentang putusnya kami, kata beliau, "dia bukan yang terbaik buat kamu riz. Pasti nanti ada gantinya yang lebih baik."
-Tapi kan dia baik banget! Dia sempurna! Kenapa? Dia bukan yang terbaik buat aku? Mungkin aku yang terlalu rendah untuk dia? -mulailah aku merasa jelek, merasa nggak ada apa-apanya. Sedih. Tapi nggak sampai nangis seharian nggak mau makan sih. Tetep aja aku narsis juga, "dia pasti merasa kalau dia nggak cocok buat aku. Jangan-jangan bener kata bu P, dia nggak pantas buat aku! Ah tapi kalau jodoh pasti bareng lagi sih." Dan menciptakan pikiran-pikiran lainnya, hanya untuk menyenangkan hati sendiri. Haahahhaahaha

Tapi makasih banget buat dia, udah bantuin aku nyelesein pr matematika atau fisika. Dia sering ngajarin kalo ada pr yang aku nggak ngerti. Hihihi. Dulu hp kami nggak bisa ngirim gambar. Jadi kami membahas soal-soal itu lewat tulisan di sms-sms itu. 
Aku pernah nulis surat buat dia. Rencananya mau aku kasih kalo ketemu, Udah aku masukin amplop, tinggal kasih tapi nggak jadi karena terlalu malu. Akhirnya aku taruh gitu aja di atas lemari. Malah ditemuin sama bue, dibaca amplop suratnya, malu! Langsung aku buang ke tempat sampah itu surat. 

Kalau dipikir lagi, dulu sangat sederhana ya. Tanjun. Junsui. Sampai sekarang aku masih nggak tau kenapa kami putus. Ya dia bukan yang terbaik buat aku, dan sbaliknya mungkin.  Mungkin lebih baik kalau kami sendiri-sendiri. 

Sekarang udah selesai. Iya selesai. Lha wong itu cerita jaman SMP. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar