Sabtu, 14 September 2013

anak perempuan kecil dan balon helium merah, serta laba-laba

Kau tahu kisah tentangnya? 
Pernah mendengarnya?
Anak perempuan kecil yang suka balon. Sangat suka. Terutama warna merah. 
Dia selalu merengek untuk dibelikan balon setiap ada mas-mas penjual balon yang kebetulan lewat. Dia nggak pernah melewatkan masnya begitu saja. 
Ibunya tak pernah bisa menolak. 
Dia sangat suka balon. Semua jenis balon dia suka. 
Tapi satu yang paling dia suka, balon berwarna merah yang berisi helium, yang di ujung benangnya diberi buntalan kecil berisi batu kecil. Batu itu menjaga agar balon tidak terbang kemana-mana. 
Dia selalu berhasil membujuk ibunya untuk membelikan itu, balon helium merah. 
Setelah berhasil mendapatkannya, dipegangnya erat-erat ujung benang balon, buntalan berisi batu. Kadang dia letakkan begitu saja di atas meja. Tapi itu tak lama, dia langsung melepaskan buntalan itu, memegangnya erat-erat, lalu melepasnya. Balon terbang. Balon tidak kemana-mana, karena dia tidak mungkin melakukannya di luar ruangan. Dia selalu menerbangkan balonnya di dalam rumahnya, selalu di ruang tamu. 
Kenapa? Karena dia sangat menyayangi balon merah itu. Dia merasa batu hanya mengganggu takdir balon untuk terbang bebas. Dia tahu itu. Tapi dia tak pernah rela kalau balon harus meninggalkannya sendiri. Maka dia memilih pilihan itu, membiarkan balon bebas terbang, di atas ruang tamu rumahnya. Terbang ke atas hingga menyundul kayu-kayu penyangga atap dan tersangkut di sana. Kadang ada rumah laba-laba di kayu itu. Laba-laba memang sangat cepat sekali membangun sarang. 
Kini balon bebas dan dia punya teman, ada laba-laba di atas sana. 
Anak perempuan kecil itu bersorak! Senang melihat balonnya bebas tapi tetap ada di sana, menemaninya. Tapi tetap saja, rasa sedih itu ada. Sedih karena tak bisa terus memegang erat benang balonnya. "Tapi kebahagiaan balon jauh lebih penting!" pikirnya. 


Kadang kalau mas-mas balon kehabisan balon warna merah, anak itu akan memilih warna biru. Biru tua. 
Jangan tanyakan kepadaku kenapa dia memilih warna-warna itu. Kurasa alasannya karena suka. 

"Tapi suka saja tak cukup!" katamu.

Hei, kau ini siapa? Cerewet sekali. 


Ah iya, balon-balon itu akan selalu turun lagi, di saat kehabisan helium. Tentu dengan penampakan yang berbeda dengan saat dilepaskan dulu. Saat turun dia lebih kecil dan kempot. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar