Minggu, 10 Februari 2013

Cerita fiksi

Q: mbak yang sedang galau, mari kita mulai saja wawancaranya.
A: oke.
Q: jadi, apakah benar, mbak sedang galau saat ini?
A: situ yang manggil saya begitu, masa nggak ngerti saya sekarang gimana.
Q: baik, saya kurang paham maksud anda sebenarnya apa. Tapi baiklah, saya anggap jawabannya adalah iya, mbak saat ini sedang galau.
A: kebanyakan ngomong deh.
Q: maaf maaf mbak. Oke, pertanyaan yang paling ingin saya tanyakan. Mbak kalau lagi galau ngapain biasanya?
A: banyak.
Q: maaf mbak. Bisa dijelaskan maksudnya banyak itu apa?
A: ya banyak. Kalau lagi galau ya banyak yang saya lakuin. Nih contohnya, jawab wawancara nggak jelas kayak gini nih.
Q: mbak, mari kita serius ya. Jadi contohnya apa ya mbak, yang dilakukan saat sedang galau? Jangan 'jawab wawancara' mbak ya jawabnya.
A: hm. Oke deh. Salah satunya, ngirim pesan ke adek saya.
Q: mbak, maaf sebelumnya. Mbak nggak marah kan? Dari tadi jawab pertanyaanya pake kalimat pendek. Banyak yang cuman satu kata bahkan.
A: ya terus kalo saya jawab pendek, pasti saya lagi marah? Ya nggak lah. Itu termasuk salah satu gaya bicara saya.
Q: gaya bicara yang lain mbak?
A: jawab pertanyaan dengan kalimat panjang. Udah ah balik serius lagi.
Q: oh iya mbak. Tadi mbak jawab, ngirim pesan ke adek. Bisa dijelaskan maksudnya mbak?
A: ya ngirim pesen. Message fb, nulis di wall, mention twitter, dm, whatsup, line.
Q: ooo. Canggih sekali cara anda berkomunikasi mbak ya. Kenapa nggak telpon langsung mbak? Lebih cepat tersampaikan maksudnya bukan?
A: iya. Tapi masalahnya dia nggak pernah angkat telpon saya. Kalo telpon ibu, dia ada di rumah pun, nggak pernah dia mau ngomong sama saya.
Q: maaf mbak udah tanya ini. Saya jadi ikut sedih.
A: hmm.
Q: kalau kirim pesan begitu gimana mbak tanggapannya? Dibales?
A: dbales, seringnya sih dibales. Saya tau dia masih sayang kok sama mbak satu-satunya ini. Hhh.
Q: dibales gitu, nyambung mbak sama pesan anda?
A: ohh nyambung. Jarang bahkan hampir nggak pernah. Dia nggak pernah tau apa masalah saya sebenarnya. Dia sering bingung sendiri jadinya. Haha.
Q: kok bisa mbak?
A: iya, saya nggak pernah cerita ke dia langsung tentang apa yang saya rasakan. Saya hanya mengirim kalimat-kalimat sandi. Dan hanya saya yang tau artinya. Jadi dia nggak pernah paham maksud saya.
Q: jadi fungsinya kirim pesan ke dia apa mbak? Bisa mengurangi kegalauan? Sedangkan dia tidak pernah memberikan solusi saya rasa.
A: iya memang. Nggak ada hubungannya sama sekali dengan kegalauan. Tapi ini adalah lebih untuk mendekatkan hubungan kami sebagai kakak-adek. Dengan adanya ngobrol geje begitu, kami merasa lebih dekat biasanya.
Q: itu perasaan mbak aja mungkin.
A: nggak mungkin. Dia juga merasakannya pasti. Saya percaya.
Q: iya deh. Sukses mbak sama adeknya. Moga makin akrab ya. Makin sering cerita-cerita. Saya pamit dulu. Semoga nggak galau lagi.
A: oh, iya. Ati-ati jalannya licin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar